Disdikbud Mentawai Gelar Workshop Pembuatan Atribut Tradisional Mentawai, Ini Kata Wakil Bupati Mentawai

NMM | Tuapeijat – Guna meningkatkan kapasitas serta mengenal lebih dalam tentang atribut tardisonal Mentawai, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Disdikbudristek) Kabupaten Kepulauan Mentawai mengadakan  kegiatan Workshop Pembuatan Atribut Tradisional, yang dilaksanakan mulai Tanggal 19 sampai dengan 21 Mei 2025, di Homestay Mapaddegat, Desa Tuapeijat, Kepulauan Mentawai.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan tentang proses pembuatan atribut tradisional Mentawai bagi peserta, terutama guru-guru didik dan pelaku kesenian se-Sipora. Kegiatan ini diikuti sebanyak 50 peserta, dari Sekolah Dasar (SD) 30 orang, Sekolah Menengah Pertama (SM) 20 dan dari pelaku sanggar seni budaya sebanyak 12 orang.

Kepala Dinas Disdikbudristek Kepulauan Mntawai, Aban Barnabas mengatakan bahwa selama kegiatan workshop akan diberikan cara pembuatan atribut tradisional atau budaya Mentawai, seperti cara pembuatan luat, inu, lekkau atau yang biasa dipakai dalam tradisi masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai.

“Tentunya ini dalam bentuk pelatihan cara pembuatan atribut budaaya Mentawai seperti luat, inu dan ada beberapa yang sifatnya atribut biasa kita pakai. Nah ini kita ajarkan dulu guru-gurunya setelah guru-guru ini tahu baru nanti kemudian ini akan diajarkan kepada siswa-siswi di sekolah, kenapa kita latih guru-gurunya dulu karena tidak semua guru itu tahu bagaimana cara membuat atribut tradisional Mentawai, ini tujuan kita”, katanya sat ditanya pada, Senin (19/5/2025).

Ia menyebutkan bahwa tujuan sebenarnya kegiatan workshop tersebut dalam rangka memperkuat dan mencintai budaya pada generasi muda pada siswa-siswi yang ada di sekolah-sekolah khususnya di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Sambutan Wakil Bupati Kepulauan Mentawai, Jakop Saguruk.

Sementara ittu Wakil Bupati Kepulauan Mentawai, Jakop Saguruk mengatakan bahwa implementasi budaya Mentawai yang pertama bagaimana masyarakat Mentawai paham tentang soal budaya Mentawai dengan cara membuat implementasi itu sendiri dengan kelembagaan salah satunya mempersiapkan atribut sesuai apa yang telah disepakati oleh Pemerintah.

Baca juga :  Perahu Nelayan Hilang Kontak Setelah di Hantam Badai di Perairan Pulau Pitoijat Sipora Utara

“Termasuk juga bagaimana kita mendorong agar ada museumnya, bagaimana implementasi budaya ini harus jelas, karena disitulah kita bisa memberikan support anggara, kalau kita tidak punya kelembagaan kita tidak bisa memberikan anggaran mulai dari pusat, provinsi maupun darah”, kata Jakop.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan dimana pihak Pemkab Mentawai mencoba mendorong bagaimana sekolah menjadi salah satu tempat menumbuhkan bakat dan talenta tentang budaya Mentawai, mulai dari SD, SMP, itu harus terbentuk hingga SMA anak-anak sekolah paham soal budaya Mentawai.

“Makanya saya katakan kita di Mentawai tidak masalah ada perbedaan pada bentuk seni budaya seperti tato atau tik-tik di Siberut Selatan, Siberut Tengah, Utara dan Barat atau Sipora dan Sikakap itu berbeda-beda, atas perbedaan itulah kita menjadi semangat, kita kaya dalam bentuk inovasi budaya meski berbeda tetap namanya adalah tato Mentawai”, ujarnya.

Jakop menyebutkan kedepan jika sudah ada Peraturan Daerah (Perda) maka pembuatan atribut atau seni budaya Mentawai harus sudah masuk dalam Kurikulum Sekolah, Budaya Mentawai (Bumen), dengan tujuan anak-anak sekolah mengerti soal budaya. (Str)