NESTS MEDIA | Tuapeijat – Petani merupakan orang yang bekerja di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perburuan, penangkapan, penangkaran, dan budidaya perikanan. Petani mengelola tanah dengan menanam berbagai komoditas, seperti padi, buah-buahan, sayur-mayur, dan bunga. Hasil panennya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau dijual kepada orang lain.
Petani berperan sebagai pemelihara tanaman dan hewan untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan demi kelangsungan hidupnya. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi. Istilah “petani” juga merupakan akronim dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia, yang diberikan oleh Soekarno pada tahun 1952.
Terkait dengan Petani, seperti yang dilakukan Mauliate Manullang (45) yang sudah lama tinggal di Mentawai tepatnya di Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, meski bukan asli orang Mentawai tapi ia sangat gigih dan bersemangat untuk bertani yang dilakukannya setiap pagi hingga siang, kemudian setelah istirahat ia kembali melanjutkan kegiatan rutinitasnya itu hingga sore hari.
Saat tim Nests Media menyambangi dia beberapa waktu lalu, tampak ia sedang sibuk memasang pancang bambu di sekitar bedeng tanah yang ditanami tanaman holtikultura seperti sawi, timun serta berbagai sayuran lainnya tampak tumbuh subur dan menghijau yang baru berumur sekitar satu Mingguan.
Sambil ia melakukan aktivitas rutinnya, kami mencoba untuk bertanya terkait aktivitas kesehariannya sebagai petani holtikultura. Tak banyak jawaban yang diberikan ke kami, saat ditanya ia menjawab bahwa dirinya sangat senang menjadi seorang petani, sesekali ia juga memberikan jawaban terkait kendala-kendala yang ia alami selama bertani misalnya kebutuhan pupuk subsidi, bahkan ia berharapan agar Pemerintah setempat bisa menyediakan pupuk subsidi di Kabupaten Kepulauan Mentawai terutama di Sipora Utara agar mudah dicari oleh petani, termasuk masyarakat lain yang juga membutuhkan pupuk subsidi.
“Saya sudah satu tahunan menggeluti ini pak, kebetulan kita ada lahan jadi kita berpikir untuk memanfaatkan lahan ini menjadi pemasukan, ya salah satunya yang kita lakukan adalah membuka kebun sayuran ini”, ucapnya saat ditemui di kebun miliknya, pada Kamis (29/8/2024).
Selain bertani menanam sayuran ia juga beternak. Pada kesempatan ini dia juga mengatakan bahwa menanam sayuran adalah salah satu tindakan untuk menekan inflasi jika sewaktu-waktu Indonesia mengalami lonjakan harga sembako yang berdampak di Kabupaten Kepulauan Mentawai, selain itu menurutnya sebagai Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terletak paling Barat Indonesia dan daerah Kepulauan masih tergantung dengan hasil pertanian atau sembako yang di datangkan dari Padang melalui kapal dan satu-satunya jalur laut sebagai penghubung.
“Selain kita sebagai petani tapi kegiatan yang kita lakukan ini tentunya sangat bermanfaat, sekaligus ini juga kita menekan inflansi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, apalagi kita daerah kepulauan, barang dagangan masih di datangkan dari Padang semua, nah seandainya cuaca buruk atau kapal tidak masuk bagaimana kita yang ada di Mentawai ini, tidak bisa makan dengan adanya petani sayuran atau sawah padi maka kita tidak tergantung lagi dengan dagangan dari Padang”, kata Mauliate.
Ia menjelaskan ketersediaan sayuran atau beras di Kabupaten Kepulauan Mentawai dari hasil petani, maka pembeli bisa langsung berinteraksi dengan petani untuk membeli kebutuhan pokok, selain itu kelebihan membeli langsung kepada petani menurutnya seperti sayuran atau cabai masih sangat segar dan berkualitas.
Kendati demikian, Mauliate menyebutkan sebagai petani sangat banyak kendala-kendala yang dialami, selain hama juga perlunya pupuk yang baik untuk tanaman agar bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah yang berlimpah dan berkualitas, keluhan petani di Mentawai katanya adalah sulitnya para petani mencari pupuk yang murah atau pupuk bersubsidi, sehingga petani tidak lagi mengalami terlalu banyak kendala untuk pertanian mereka.
“Kalau soal kendala sudah pasti banyak, selain hama kami sebagai petani sangat sulit mencari pupuk, memang ada pupuk tapi kan harganya lumayan mahal, nah kalau harga pupuk mahal kan hasil kebun yang kami jual juga akan berdampak mahal, karena modal untuk beli pupuk saja sudah tidak cukup tentu kami akan menaikkan harga sayuran, cabe, dan sebagainya”, katanya.
Mauliate menyebutkan jika harga sayuran naik konsumen juga akan merasa enggan membeli karena tidak sesuai dengan harga standar, jika diturunkan maka petani akan merasa rugi sebab harga pupuk termasuk mahal bagi petani. Sedangkan untuk harga sayur sawi yang dijulanya per ikat ia mematok harga Rp. 10.000, sedangkan mentimun 1 Kg dengan harga Rp.12.000 atau setiap bulan pendapatanya Rp.1 hingga Rp.2 juta/bulan.
Ia juga berharap agar OPD terkait atau Pemerintah setempat bisa memperhatikan para petani terutama penyediaan pupuk subsidi untuk para petani termasuk juga memberikan pendampingan kepada para petani, baik petani kelompok yang dikelolah Pemerintah maupun petani perorangan. (Str/Tim)